Rabu, 07 Desember 2016

RESENSI NOVEL "BEKISAR MERAH"

      Tangan Ini Pun Kriting Saat Menulis Resensi Ini. Bingung Dan Capek Sekali Rasanya. Tetapi Mengingat Itu Semua Heni Memberikan Kemudahan Untuk Adik-Adik Kelas Saya Khususnya Yang Bersekolah Di Smk Negeri 1 Purbalingga Dan Pada Umumnya Untuk Semua Kalangan Yang Haus Rasa Ingi Tahunya. Berikut Resensi Yang Kurag Lengkap Dari Saya. Itu Dikarenakan Karena Saya Tidak Menuliskan Kekurangan Dan Kelebhan Yang Ada Di Novel Ini. Karena Saya Sulit Untuk Menilai Buku Ini, Karena Semua Buku Adalah Bagus. Semangat Jiwa Muda, Unggul Indonesia. Jangan Jadikan Diri Anda Tukang Kopas Hasil Keringat Orang Lain. Ini Hanya Untuk Reverensi Saja Ya. Saya Tidak Ikhlas Kalau Ini Di Copas Untuk Tugas Kalian. Kerjakan Tugas Kalian Sendiri Karena Itu Lebih Baik Dari Pada Kalian Membohongi Guru Dan Dunia Dengan Karya Anda Yang Copas Itu.

Judul resensi        : Lasi Pang
Judul novel           :bekisar merah
Pengarang             :ahmad tohari
Penerbit                : gramedia pustaka utama
Kota terbit            :jakarta
Tahun terbitan     : 2001
Ukuran kertas      : 18 cm
Jenis atau katagori : novel

Pohon kelapa tumbuh menjulang ke angkasa. Di atas sanalah, harapan kehidupan semua orang karangsoga tergantung. Harapan akan sesuap nasi dan harapan kelayakan hidup. Di atas sanalah mengalir air kehidupan. Air kehidupan yang dapat membuat tungku-tungku para Istri terus berasap. Nira, itulah nama air kehidupan itu. Dia atas pohon kelapa yang tinggi itulah nira berasal. Ditampung dalam pongkor-pongkor yang telah diletakkan oleh para penyadap. Ya, masyarakat karangsoga sebagian besar adalah seorang penyadap nira. Mereka menaiki belasan meter pohon kelapa hanya untuk menyadap nira yang merupakan bahan baku pembuatan gula merah.
Darsa, adalah salah satu dari sekian banyak penyadap yang ada di karangsoga. Setiap hari dia harus mengambil pongkor-pongkor berisi nira yang ada di atas pohon kelapa dan menggantinya dengan pongkor yang masih kosong. Sudah menjadi adat orang karangsoga. Suami menyadap,istri yang mengolah. Kemudian pongkor-pongkor yang berisi nira tersebut akan diberikan kepada Lasi untuk diolah.
Lasi adalah istri darsa. Lasi merupakan perempuan cantik, berkulit putih, beramput hitam legam dan memiliki ciri fisik seperti orang jepang dan cina. Itu diakrenakan lasi masih memiliki darah jepang. Ayah lasi merupakan tentara jepang pada zaman penjajahan jepang dahulu. Saat berada di karangsoga, ayahnya jatuh hati kepada mbok wiryaji, ibu lasi. Merekapun menikah dan kemudian mempunyai anak yaitu lasi.
Dengan fisik tubuh yang berbeda dengan fisik tubuh orang karangsoga pada umumnya, itu membuat lasi selalu diejek oleh teman-temannya. “Lasi pang. Si lasi anak jepang” itulah olokan-olokan mereka kepada lasi. Orang-orang beranggapan bahwa lasi adalah anak hasil pemerkosaan yang dilakukan orang jepang. Masyarakat karangsoga tidak tahu bahwa lasi adalah anak hasil dari pernikahan yang sah antara mbok wiryaji dengan orang jepang. hal ini juga yang membuat mbok wiryaji hanya bisa diam melihat anaknya diolok-olok karena setelah mbok wiryaji mengandung lasi beberapa bulan, ayahnya yang orang jepang itu pergi untuk melanjutkan tugasnya sebagai seorang tentara. Dan sejak saat itulah dia tak kembali lagi, entah dia masih hidup ataupun sudah mati tertembak, tidak ada kabar dan beritanya. Oleh karena itulah masyarakat karangsoga beranggapan bahwa lasi tidak mempunyai ayah.
Menyadap adalah mata pencaharian utama masyarakat karangsoga. Seperti biasa darsa yang merupakan seorang penyadap pergi untuk mengambil nira. Kala itu matahari sudah mulai bersembunyi kembali untuk sekedar beristirahat setelah selama sehari pernuh membakar diri untuk menyinari bumi. Sisa hujan lebat yang mulai berganti dengan rintikan hujan kecil masih menyelimuti karangsoga. Dengan langkah berat darsah pergi meninggalkan lasi dirumah sendiri untuk mengambil pongkor-pongkor yang sudah seharian terguyur hujan lebat. Entah masih bisakan nira itu diolah menjadi gula atau malah sudah masam. Setelah sampai di kebun kelapanya, darsa mulai memanjat satu persatu pohon kelapa mliknya untuk mengambil pongkor-pongkor yang masih tergantung disana.
Senja mulai menunjukkan kuasanya. Cahya lampu minyak pun mulai menerangi rumah kecil Darsa dan Lasi. Tidak seperti biasanya darsa belum juga pulang. Dan itu membuat hati lasi menjadi khawatir dan was-was menunggu darsa yang kunjung belum pulang. Kekhawatirannya semakin menjadi-jadi dan semakin nyata saat lasi mengetahui bahwa suaminya mengalami kemalangan. Darsa mengalami kodok lompat saat mengambil nira di kebunnya. Di karangsoga, masyarakatnya sangat pamali sekali mengatakan suatu musibah langsung dengan nama musibah tersebut. Mereka harus mengganti nama musibah tersebut dengan istilah-istilah lain. Kodok lompat adalah istilah lain dari musibah jatuh dari ketinggian pohon kelapa. Pertolongan pertama pada korban kodok loncat adalah orang yang akan menolong harus menari gaya monyet kemudia mengencingi tubuh si korban kodok loncat. Dan itulah yang dilakukan mukri pada darsa. Keadaan darsa sangat parah. Lasi yang tak kuasa melihat suaminya itu pun langsung menangis dan pingsan. Lasi tak percaya dengan apa yang terjadi pada suaminya itu.
Stengah tahun tlah berlalu. Darsa yang merupakan korban kodok lompat sudah kembali pulih dari sakitnya.selama setengah tahun itu darsa menderita dengan keluarny air kencingnya terus menerus tan pa henti. Buneklah yang merawat darsa kala itu. Dia adalah dukun urut karangsoga yang sangat terkenal dengan hasil pijatannya yang ampuh menyembuhkan pegal-pegal dan segala penyakit. Selam setengah tahun itu darsa selalu dipijat olehnya sehingga dia bisa sembuh sepenuhnya. Air kencingnya yang setiap saat keluar dan membuat cucian lasi semakin banyak itu sudah tak keluar lagi. Kini darsa telah pulih dari dampak kodok lompat. Dia sudah bisa kembali menyadap nira yang selama dia sakit diambil alih oleh mukri.
Kabar tentang darsa sembuh sudah menyebar di segala penjuru karang soga.Sekarang mulut para warga karangoga telah tertutup rapat dan tak lagi membicarakan penyakit darsa yang selalu kencing dicelana itu. Membicarakan tentang lasi yang akan segera menjadi janda karena lelah dengan darsa. Semua ucapan itu telah hilang sama sekali. Sekarang mereka lebih senang menggosipkan tetang sipah anak si bunek dukun urut. Ada kabar yang menyatakan bahwa sipah dihamili oleh darsa. Berita itu pun langsung masuk ketelinga Lasi. Dan itu membuat lasi merasa tak karuan.. Akhirnya Lasi pergi meninggalkan Darsa, dan hijrah ke Jakarta.Sakit hati lasi atas penghianatan suaminya itu, dibawanya pergi ke Jakarta.
Di Jakarta lasi menumpang hidup pada seorang mucikari bernama bu Koneng. Selama lasi tinggal bersama dengan bu koneng, hidupnya sangatlah berubah. Bu koneng memperlakkan lasi bak putri raja. Dia memperlakukan Lasi istimewa dan berbeda dengan wanita-wanita penghibur miliknya.Akan tetapi di balik kebaikannya, bu koneng memiliki tujuan tak baik kepada Lasi. Bu koneng melihat potensi dan harga yang tinggi pada Lasi. Lasi pun di kenalkannya dengan Bu lanting yang sama-sama seorang Mucikari. Akhirnya lasi sekarang tinggal bersama Bu lanting dengan tanpa sepengetahuannya, sebenarnya dia di jual oleh bu koneng.
Tak berbeda saat Lasi berada di rumah Bu koneng. Bahkan Di rumah Bu lanting lasipun diperlakukan lebih istimewa. Lasi dibuat lupa diri dengan barang-barang mewah dan mahal. Dan itu adalah strategi bu lanting untuk membuat lasi merasa berhutang budi padanya, sehingga dia lasi tidak akan menolak untuk menikah dengan Handarbeni. Lelaki tua sudah lama menyukai lasi yang mirip dengan wanita jepang impiannya. Handarbeni menginginkan lasi menjadi istri ketiganya.
Segala usaha untuk membuat lasi untuk menerima handarbeni pun berhasil. Lasi yang kini telah terbuai dengan kekayaan, merelakan dirinya untuk menikah dengan lelaki tua yang sudah hampir impoten dan sudah mempunyai istri. Handarbeni menikahi Lasi hanya untuk dipamerkan kepada teman-teman bisnisnya bahwa dirinya masih bisa memperoleh wanita cantik.

          Setelah satu tahun lasi meninggalkan kampong kelahirannya, diapun berniat untuk mnengok ibunya di karangsoga. Sesampainya di karangsoga lasi disambut dengan mata penduduk karang soga yang dulu merendahkannya dan kini memuji-muji dia yang telah menjadi istri orang sukses. Lasi sangat merindukan ibu dan bapak tirinya. Setelah bebrapa hari ada di karangsoga, lasi memutuskan untuk meliha desa yang dulu pernah meremehkanya itu. Suatu ketika lasi bertemu dengan teman dan cinta pertamanya, Kanjat. Dia adalah anak Pak Tir si tengkulak gula. Dulu mereka adalah teman masa kecil. Kanjat jugalah cinta pertama Lasi saat muda dulu. Akan tetapi karena Lasi sadar perbedaan mereka bagai langit dan bumi, Lasi pun mulai memendap perasaan itu.Dan saat menginjak sekolah menengah pertama mereka perpisah karena kanjat harus menuntut ilmu dikota. Sejak saat itulah lasi tak pernah meilatnya lagi. Kini kanjat telah menjadi insinyur dan sekarang dia sedang membantu para penyadap karang soga tentang hal-hal mengenai teknik pengolahan dan pemasaran gula merah hasil para penyadap. Di karang soga pula lasi bertemu dengan mantan suaminya darsa. Saat itu darsa sedang mengalami kesulitan karena pohon-pohon kelapa yang ia miliki harus di tebang karena akan diadakannya pemasangan aliran listrik ke karangsoga. Itu membat lasi merasa kasihan denganya. Lasi tlah melupakan dan memaafkan perbuatan darsa kepadanya dulu. Kini lasi, darsa dan sipah sudah berteman. Tidak ada lagi permusuhan dan dendam antara mereka. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar