Si biru
telur bebek
Di ruangan kecil itu. Saat siang muncul dengan malu. Dan sang pagi mulai
berlalu, Si biru telur bebek menampakkan diri.
Biru telur bebek. Itu panggilan kesayanganku untuk sosok yang baru ku
kenal. Kedengarannya memang aneh tapi aku memang suka memanggil orang dengan
nama lain seperti goyan, cueng, DC, big boss dan masih banyak lagi panggilan
yang aku buat untuk teman-temanku.
Dengan muka tertunduk dan suara lirih Si biru telur bebek mengucap
salam. Aku pun spontan menjawab salam itu. Karena aku seorang muslimah dan
seorang muslimah wajib menjawab salam. Saat itu aku sedang duduk sambil melihat
kearah handphone bututku. Yang hanya bisa untuk sms dan telepon saja. Menurutku
gak masalah HP butut yang penting aku bisa menulis hal gila dan ku kirimkan
kepada teman-teman BF ku.
Dengan mata bingung saat itu aku melihatnya. Dalam benakku muncul sebuah pertanyaan yang wajar untuk
siapa saja yang baru ketemu orang baru.
Baru kusadari dan kudapatkan jawaban pertanyaan yang muncul itu saat aku
melihat sebuah poster yang berisi nama-nama orang yang ada disana. Saat itu aku
hanya mengira-ngira saja nama orang yang baru aku temui setelah dua hari aku
ada disana. Supaya enak aja, untuk itulah aku memanggilnya Si biru telur bebek
karena saat aku pertama kali melihatnya dia memakai baju berwarna biru telur
bebek.
Hari berikutnya gak jauh beda sama hari kemarin hanya ada suara lirih
yang menggelitik telingaku.
Tan dia itu siapa ? kok dari kemarin diem aja. Beda sama yang lain. Tanyaku pada temanku
Gak tau tuh. Kayaknya yang namanya Andi deh. Soalnya di daftar pegawai
ada nama lain dan kita belum ketemu sama orang yang ada di nama itu. Jawab
Tania mengira-ngira.
Tania temen deketku selama ini.
Dia cewek modern tetapi sopan, beda sama cewek modern jaman sekarang yang
gayanya gaul tapi akhlaknya tradisional.
Awalnya aku biasa aja. Dan gak ada rasa aneh yang aku rasain. Beda
dengan temanku Tania yang gampang akrab sama orang dan suka sama orang.
Ren, Jodi baik banget ya, ganteng lagi.ucapnya padaku
Ah biasa aja. Laki-laki emang ganteng kan, gak cantik. Ledekku pada
Tania.
Ih kamu itu normal gak sih. Pangeran seganteng itu kamu anggap biasa.
Kamu itu aneh.
Aku hanya tersenyum kecil saja atas olokan sahabatku itu.
Lama kelamaan bibir tipisku yang gak bisa diem ini terus menggumamkan
kata siapa dia? dan mataku yang gak bisa memandang hanya satu tempat,terus
menatap dari sudut mataku kearah sosok yang aku panggil si biru telur bebek itu.
Sebenarnya dia itu sombong apa jaim sih? Tiap hari diem aja kerjaanya.
Kita itu kaya gak dianggep sama dia. Ucapku pada Tania yang sedang makan
disebelahku.
Siapa sih ren, dari kemarin kamu itu marah-marah terus. Jawab Tania
Itu tuh, dia si biru telur bebek. Gimana gak marah ya tan, kita itu udah
satu minggu disini tapi apa pernah dia tanya atau sekedar ngomong basa basi
sama kita. Gak pernah kan.
Iya sih tapi aku biasa aja tuh, kamu aja yang sensian. Jangan gitu ren
nanti kamu naksir loh, kan cinta biasanya datang berawal dari benci. Kata Tania
yang sedang menggodaku.
Ih kamu tan, ngomongmu ngaco aja. Mana mungkin aku suka sama orang kaya
gitu. Idupnya datar kaya patung. Gak mungkin lah. Jawabku pada Tania.
Oohhh semoga aja enggak ya, tapi kalo iya juga gak papa. Ledek Tania
kepadaku.
Di suatu acara yang diadakan disana, aku kebagian dalam seksi konsumsi.
Sebenarnya agak malas sekali jadi seksi konsumsi yang harus capek-capek
mbungkusin makanannya. Tapi dibalik itu semua, ada keajaiban yang terjadi. Si
biru telur bebek yang biasanya kaku, diem kaya patung hidup mengeluarkan
suaranya. Masih jarang sih dia bersuara tapi rasanya luar biasa banget buat aku
dan Tania. Di acara tersebut aku dan Tania melayani tamu undangan yang datang.
Rasanya aneh sekali. Aku yang dapat julukan si kakak datar flat atau DAPET,
harus ramah dan sabar ngelayanin tamu-tamu yang rempong dan banyak mau.
Orang sering bilang cinta itu
datang tiba-tiba tidak kenal tempat, waktu dan kepada siapa. Untuk pertama
kalinya rena jadi orang lain, yang berbeda dengan sifat aslinya yang cuek dan
cenderung penutup. Hujan datang kebumi membawa sebuah kabar bahagia. Dua anak
manusia yang sedang tumbuh dewasa dan mulai merasakan apa itu cinta. Rena yang
masih polos dan sama sekali belum pernah punya pacar itu, hanya menganggap
sebuah angina lewat saja. Tetapi sejak saat itu rena terbanyang sepasang mata
yang di tatap untuk pertama kalinya dan senyum yang menghias di wajah yang
putih. Ya. Si biru telur bebek yang misterius itu yang slalu datang
dibayang-bayang sosok pangeran Rena.
Biarkanlah hanya aku yang tau
Biarkanlah hanya aku yang rasakan
Dan biarkanlah semua mengalir seperti air
tuhan mengirimkan seseorang untuk seseorang pula
dan Tuhan mengirimkan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan
mungkin si biru telur bebek adalah cara Tuhan untuk aku tau apa rasanya
jatuh cinta
dan kini aku merasakannya
entah mulai kapan aku mencintainya
tapi sungguh, rasa ini sangat menyiksaku
remaja 17 tahun yang mencintai orang yang baru dikenal
remaja 17 tahun yang belum berpengalaman dalam hal cinta
aku Rena, orang yang mulai menyukai kamu
dan kamu, si biru telur bebek
terimakasih buat rasa ini
mungkin kamu yang tau
dan jangan anggap cintaku bertepuk sebelah tangan
karena aku hanya mencintaimu 20 % saja
karena 80 % telah kamu hancurkan dengan sebuah inisial
“J”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar