Sabtu, 23 Juli 2016

cerpen sibiru telur bebek

Si biru telur bebek

Di ruangan kecil itu. Saat siang muncul dengan malu. Dan sang pagi mulai berlalu, Si biru telur bebek menampakkan diri.
Biru telur bebek. Itu panggilan kesayanganku untuk sosok yang baru ku kenal. Kedengarannya memang aneh tapi aku memang suka memanggil orang dengan nama lain seperti goyan, cueng, DC, big boss dan masih banyak lagi panggilan yang aku buat untuk teman-temanku.
Dengan muka tertunduk dan suara lirih Si biru telur bebek mengucap salam. Aku pun spontan menjawab salam itu. Karena aku seorang muslimah dan seorang muslimah wajib menjawab salam. Saat itu aku sedang duduk sambil melihat kearah handphone bututku. Yang hanya bisa untuk sms dan telepon saja. Menurutku gak masalah HP butut yang penting aku bisa menulis hal gila dan ku kirimkan kepada teman-teman BF ku.
Dengan mata bingung saat itu aku melihatnya. Dalam benakku  muncul sebuah pertanyaan yang wajar untuk siapa saja yang baru ketemu orang baru.
Baru kusadari dan kudapatkan jawaban pertanyaan yang muncul itu saat aku melihat sebuah poster yang berisi nama-nama orang yang ada disana. Saat itu aku hanya mengira-ngira saja nama orang yang baru aku temui setelah dua hari aku ada disana. Supaya enak aja, untuk itulah aku memanggilnya Si biru telur bebek karena saat aku pertama kali melihatnya dia memakai baju berwarna biru telur bebek.
Hari berikutnya gak jauh beda sama hari kemarin hanya ada suara lirih yang menggelitik telingaku.
Tan dia itu siapa ? kok dari kemarin diem aja. Beda sama  yang lain. Tanyaku pada temanku
Gak tau tuh. Kayaknya yang namanya Andi deh. Soalnya di daftar pegawai ada nama lain dan kita belum ketemu sama orang yang ada di nama itu. Jawab Tania mengira-ngira.
 Tania temen deketku selama ini. Dia cewek modern tetapi sopan, beda sama cewek modern jaman sekarang yang gayanya gaul tapi akhlaknya tradisional.
Awalnya aku biasa aja. Dan gak ada rasa aneh yang aku rasain. Beda dengan temanku Tania yang gampang akrab sama orang dan suka sama orang.
Ren, Jodi baik banget ya, ganteng lagi.ucapnya padaku
Ah biasa aja. Laki-laki emang ganteng kan, gak cantik. Ledekku pada Tania.
Ih kamu itu normal gak sih. Pangeran seganteng itu kamu anggap biasa. Kamu itu aneh.
Aku hanya tersenyum kecil saja atas olokan sahabatku itu.
Lama kelamaan bibir tipisku yang gak bisa diem ini terus menggumamkan kata siapa dia? dan mataku yang gak bisa memandang hanya satu tempat,terus menatap dari sudut mataku kearah sosok yang aku panggil si biru telur bebek itu.
Sebenarnya dia itu sombong apa jaim sih? Tiap hari diem aja kerjaanya. Kita itu kaya gak dianggep sama dia. Ucapku pada Tania yang sedang makan disebelahku.
Siapa sih ren, dari kemarin kamu itu marah-marah terus. Jawab Tania
Itu tuh, dia si biru telur bebek. Gimana gak marah ya tan, kita itu udah satu minggu disini tapi apa pernah dia tanya atau sekedar ngomong basa basi sama kita. Gak pernah kan.
Iya sih tapi aku biasa aja tuh, kamu aja yang sensian. Jangan gitu ren nanti kamu naksir loh, kan cinta biasanya datang berawal dari benci. Kata Tania yang sedang menggodaku.
Ih kamu tan, ngomongmu ngaco aja. Mana mungkin aku suka sama orang kaya gitu. Idupnya datar kaya patung. Gak mungkin lah. Jawabku pada Tania.
Oohhh semoga aja enggak ya, tapi kalo iya juga gak papa. Ledek Tania kepadaku.
Di suatu acara yang diadakan disana, aku kebagian dalam seksi konsumsi. Sebenarnya agak malas sekali jadi seksi konsumsi yang harus capek-capek mbungkusin makanannya. Tapi dibalik itu semua, ada keajaiban yang terjadi. Si biru telur bebek yang biasanya kaku, diem kaya patung hidup mengeluarkan suaranya. Masih jarang sih dia bersuara tapi rasanya luar biasa banget buat aku dan Tania. Di acara tersebut aku dan Tania melayani tamu undangan yang datang. Rasanya aneh sekali. Aku yang dapat julukan si kakak datar flat atau DAPET, harus ramah dan sabar ngelayanin tamu-tamu yang rempong dan banyak mau.
 Orang sering bilang cinta itu datang tiba-tiba tidak kenal tempat, waktu dan kepada siapa. Untuk pertama kalinya rena jadi orang lain, yang berbeda dengan sifat aslinya yang cuek dan cenderung penutup. Hujan datang kebumi membawa sebuah kabar bahagia. Dua anak manusia yang sedang tumbuh dewasa dan mulai merasakan apa itu cinta. Rena yang masih polos dan sama sekali belum pernah punya pacar itu, hanya menganggap sebuah angina lewat saja. Tetapi sejak saat itu rena terbanyang sepasang mata yang di tatap untuk pertama kalinya dan senyum yang menghias di wajah yang putih. Ya. Si biru telur bebek yang misterius itu yang slalu datang dibayang-bayang sosok pangeran Rena.
Biarkanlah hanya aku yang tau
Biarkanlah hanya aku yang rasakan
Dan biarkanlah semua mengalir seperti air
tuhan mengirimkan seseorang untuk seseorang pula
dan Tuhan mengirimkan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan
mungkin si biru telur bebek adalah cara Tuhan untuk aku tau apa rasanya jatuh cinta
dan kini aku merasakannya
entah mulai kapan aku mencintainya
tapi sungguh, rasa ini sangat menyiksaku
remaja 17 tahun yang mencintai orang yang baru dikenal
remaja 17 tahun yang belum berpengalaman dalam hal cinta
aku Rena, orang yang mulai menyukai kamu
dan kamu, si biru telur bebek
terimakasih buat rasa ini
mungkin kamu yang tau
dan jangan anggap cintaku bertepuk sebelah tangan
karena aku hanya mencintaimu 20 % saja
karena 80 % telah kamu hancurkan dengan sebuah inisial

“J”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar