Selasa, 31 Mei 2016

Puisi tentang mantan calon pacar


BYE MAKSIMAL

Ibarat pungguk merindukan bulan
Itulah aku
Yang berharap bersanding denganmu
Yang berharap jadi milikmu
Yang berharap kau hargai
Yang berharap kau cintai
Dan akhirnya kau lukai
Bagai bumi dengan langit
Itulah kita
Aku yang masih kecil menurutmu
Dan kau dewasa menurutmu
Jelek rupaku katamu
Dan tampan wajahmu ungkapmu
Tak baik sifatku katamu
Baik dan sholeh sifatmu
Itulah perbedaan kita
Perbedaan yang kau buat sendiri
Aku buminya
Dan kau langitnya
Dan inilah perbedaan menurut si bumi ini
Kecil umurku, dewasa pemikiranku
Dewasa dirimu, kekanak-kanakan sifatmu
Yang menyakiti seorang gadis kecil yang kau anggap bumi ini
Buruk rupaku bukan berarti buruk hatiku
Kecantikanku tak secantik wanita pujaanmu
Dan ketampananmu juga tak setampan pangeranku
Bagai air dan api 

Yang merupakan hal yang berbeda
Air yang menyejukan disaat terik
Dan api yang membakar kemudian hitam
Kamu air yang menyejukkan hati
Dan saat air itu terus mengalir dan banyak
Yang terjadi adalah bencana
Aku api yang membakar semua yang ada
Dan saat bencana itu datang
Aku akan datang
Menghangatkan mereka yang kedinginan
Mereka yang sangat merasa kesejukan
Bagai minyak dan air
Kita tak bisa bersatu
Itu sekarang doaku
Biarkan kita seperti minyak dan air
Yang tidak akan bisa bersatu
Walaupun bisa,
Aku tidak akan mau
Karena kamu, karena bersamamu
Dan kamu yang memulai perbedaan
Dan aku yang mengakhirinya
Dengan berkata

Bye maksimal

Sabtu, 07 Mei 2016

Kenangan PKL SMK


#BUAT_KAMU
1 Februari 2016. Di tanggal itu gue mulai ngerasaain kehidupan dunia lain. Dunia lain yang gue maksud bukan dunia lain yang ada di TV, tapi dunia lain yang belum pernah gue rasain selama gue hidup. Di dunia yang baru gue mulai ini, gue masih kaku buat ngejalaninnya. Gue masih beradaptasi sama suasana dan kondisi dunia baru gue. Dunia baru gue ini sering orang bilang dua PKL. Dunia PKL itu dunia dimana lo yang masih sekolah disuruh buat latihan kerja, dengan kata lain lo mraktekin semua ilmu yang lo terima disekolah di dunia nyata yaitu di tempat PKL.
Awalnya berat banget buat gue jalanin, karna gue dituntut harus memposisikan diri jadi orang dewasa yang harus bekerja serius. Rasanya aneh aja, seorang siswi kaya gue yang hari-hari main handphone sama laptop sekarang harus melakukan hal yang dilakukan oleh seorang pekerja. Tapi lama kelamaan rasa-rasa itu udah pergi dari otak gue dan beralih dengan mainsett yang menyenangkan sebagai pekerja. Rasa seneng itu bukan hanya berasal dari material aja, non material juga ada seperti saat lo ketawa bareng karyawan tempat PKL lo, lo makan bareng sambil berbagi cerita dan banyak lagi. Hal yang paling gue senengin dari masa PKL ya itu dimana gue dapat wujudin impian yang sulit gue capai. Impian yang sederhana dan sangat berarti buat gue. Impian itu adalah punya seorang kakak. Impian itu terwujud di dunia PKL. Di sana gue bisa punya banyak banget kakak yang dari kecil gue impikan. Ada mas Bangun, mas Unggul, mas Narso, mas Oki, mas Rizki, mba Hikmah, mba Esi, mas Wahyu, mas Rendra, mas Rono, mas Jito, mas Anang, mas Towo dan masih banyak lagi. Mereka-mereka ini adalah orang-orang baru yang baru gue kenal dan sudah gue anggap jadi kakak gue. Selain dapat wujudin impian gue, gue juga bisa move on dari bayang-bayang cinta masalalu gue yang sangat menyakitkan. Di tempat PKL gue nemuin rasa yang baru. Rasa cinta yang tumbuh lagi di hati gue. Emang sih gue masih di bawah umur. Tapi apa Tuhan melarang orang jatuh cinta. Tidak! Yang Tuhan larang itu saat lo berniat buat bermaksiat sama orang yang lo suka itu. Dan satu kata yang gak gue suka. Jangan dilihat dari umur gue yang baru 16 tahun, tapi apa dia tau kalau keseriusan tidak bergantung pada umur. Cinta gue emang bukan cinta yang akan terus maju sampai ke hal yang lebih serius, tapi cinta gue ini bukan cinta monyet. Asal kalian tau gue suka sama orang itu bukan asal suka. Dan saat gue sekali suka sama orang gue akan butuh waktu lama buat melupakannya. Jadi jangan bilang kalo cinta gue cinta monyet.
90 hari udah berlalu, waktunya gue pamit pulang dan kembali ke dunia lama gue, dunia sekolah. dunia dimana gue kembali kerutinitas yang super cape. Dunia dimana gue ketawa bareng sama anak-anak seusia gue. Ada sebuah kata yang berbunyi, “memulai itu lebih gampang daripada mengakhiri”. Ini kata yang menggambarkan saat hari terakhir gue PKL. Gue harus nglepasin temen-temen baru dan keluarga baru gue. Rasanya pengen nangis, gak kuat buat ninggalin mereka. Tapi satu kata yang masih gue gue percaya sampai saat ini. Di dalam pertemuan pasti ada perpisahaan dan jika jodoh pasti akan bertemu kembali. Jadi gue disini mau minta maaf jika selam gue PKL, gue banyak ngelakuin kesalahan, gak sopan, gak PKL malah mainan, gak bantu-bantu malah jadi tukang ngrepotin, sering bikin kesel dan semua hal negative yang gue lakuin. Gue bener-benr minta maaf untuk itu semua. Dan gue terimakasih banget puat tiga bulannya. Di tiga bulain ini gue bias dapet banyak ilmu kehidupan yang belum gue dapetin dimanapun. Gue bangga bias PKL di tempat semenyenangkan kaya di situ dan kenapa gue harus malu kalo kerjaan gue itu angkat gas, jual oli, jual minyak tanah dan jual yang lain. Gue malah bangga karna gue bias punya pengalaman yang lebih banyak dan beda sama temen-temen yang lain yang kerjaannya hanya di depan computer dan bergaul sama kertas. Gue gak malu cerita pengalaman gue PKL karena pengalaman tiga bulan kemarin yang telah membuat gue bisa nulis blog ini dan pengalaman itu yang udah melahirkan heni yang baru. Yang lebih rajin, lebih menghargai pekerjaan, lebih mengharga semuanya terutama arti sebuah senyuman kepada seseorang. PKL kemarin membuat heni yang terkenal gak suka senyum dan galak menjadi pribadi yang mulai suka senyum dan penyabar. Thank buat semuanya, mba hikmah, mba esi, mas unggul, mas narso, mas wahyu, mas bangun dan semua pihak yang telah membentuk pribadi heni yang baru ini. Dan saat-saat terakhir gue ini, gue ingin mbuatin sesuatu buat kalian semua. Sesuatu yang sederhana tetapi itu keahlian gue. Walau jelek dan gak sesuai gue minta maaf karna gue juga mash belajar.


Harapan yang tersirat
Indah tertata rapat
Kata cinta teumpat
Membuat hati terperanjat
Akan sesuatu yang berat
Wahai pujangga cinta
Akankah kau melihat
Tanda cinta yang tercatat
Inilak ungkapan hati yang terikat

Namamu terukir indah
Atas tinta berwarna merah
Ranum bak buah mangga
Sempurna seperti lingkaran
Oh menawan bak pangeran

Arah kaki tanpa tujuan
Rasa lelah tak tertahan
Berat yang dirasakan
Akankah ini berakhir
Nasib baik kapankah datang
Gundah ini kapankah hilang
Untuk apa kau dating
Namun jika kau akan menghilang

Untukmu aku ada
Napasku mengalun nada
Galaupun tlah tiada
Gembira yang sekarang ada
Untukmu aku ada
Lisan ini hanya namamu terucap

Entah kapan kita kan bersatu
Sampai kapan aku menunggu
Ini kah takdir diriku
Sabarkah yang harus kujalani
Akankah aku terus menanti
Rasa ini mulai mati
Akankah hidup kembali
Sungguh aku lelah
Andai ada sebuah cahaya
Terang benderang menembus sukma
Aku harap itu dia

Wahai pujangga cinta
Akankah aku menunggumu
Haruskan aku menunggu
Yakinkah aku padamu
Untuk menjad pendamping hidupmu

Kata cinta kuucapkan
Redah suara yang kuberikan
Drama kasih yang ku inginkan
Noda cinta kau torehkan
Valse or true i don’t care
Doaku slalu untukmu
Lisanku slalu terucap namamu
Bersama detak jangtungku
Tyada berhenti memanggilmu

Tanpamu aku lemah
Untukmu aku ada
Karnamu aku ada
Inikah pertanda
Rasa yang ada di dada
Memberontak memaksa
Akan sesuatu yang ingin dikata
Namun aku malu tuk berkata

Sorry buat karya puisi pendek gue yang jelek ini, gue harap kalian suka. Dan maaf untuk pihak lain yang belum gue buatin puisi namanya. Walaupun nama kalian gak gue buatin puisi, tapi nama kalian akan menjadi puisi di hati gue.

                                                                                                                        Salam sayang,
                                                                                  
HENI ISWANTARI